Sumber: Republika, 10 Mei 2009
Penulis: Agustini Suciningtias
Terbit : April 2009
Penerbit: Mizania
ISBN: 978-602-8236-40-9
Halaman: 168 /
Penyakit yang menyerang daya tahan tubuh itu bisa dialami siapa saja. Muda, tua, meski kebanyakan sasarannya adalah perempuan aktif dan produktif. Ketika terkena penyakit ini, sebagian besar langsung merasakan tubuhnya tanpa daya lantaran daya tahan tubuh melemah. Terlebih, lupus cepat pula menggerogoti organ tubuh lainnya.
Maka, buku ini pun hadir untuk memberi semangat. Buku Cinta Membuatku Bangkit merupakan kumpulan kisah nyata 13 odapus (orang dengan lupus, red) dengan profesi beragam seperti perawat, guru, dosen, apoteker, hingga penulis. Mereka bercerita tentang detik demi detik penyakit mengerikan itu datang dan bersarang seumur hidup di tubuhnya.
Seperti kisah Annisa Budiastuti yang menceritakan tentang gejala penyakit yang datang saat usianya masih dini, 13 tahun. Semula, diagnosis dokter untuk Annisa adalah penyakit asma berat. Hampir bersamaan, ibunda Annisa yang biasa disapanya dengan Ummi mengalami gejala serupa. Bahkan, diagnosis untuk sang ummi lebih banyak lagi di antaranya radang tenggorokan kronis, tipus, bronchitis sampai TBC.
Dari hasil tes darah secara lengkap, justru Ummi yang pertama kali divonis sakit lupus. Tak berapa lama, vonis serupa jatuh pula untuk Annisa. Rupanya, cobaan belum juga pergi. Giliran adik bungsu Annisa, Fitria (7 tahun), divonis lupus. Dalam usia semuda itu, Dede, panggilan akrab Fitria, bisa tenang dan tidak menangis ketika rasa sakit menderanya. “Aku dapat merasakan penderitaan yang dialaminya. Dalam tubuh mungilnya, tersimpan ketabahan dan kekuatan yang luar biasa,” ungkap Annisa.
Kini, mereka bertiga saling menguatkan. Ummi tidak pernah menangis di depan anak-anaknya, walaupun di antara mereka sedang sakit berat. Ummi selalu menenangkan dan meyakinkan agar anak-anaknya selalu optimis bahwa suatu saat Allah menunjukkan jalan kesembuhan. “Janganlah kita takut mati karena suatu penyakit, khususnya lupus. Kematian suatu kepastian. Yang penting adalah bekal apa yang sudah kita persiapkan sebelum mati, dan dalam keadaan bagaimana kita menghadap-Nya,” pesan dari Annisa.
Masih ada 12 kisah sejati dipaparkan di buku setebal 164 halaman ini seperti Takdir yang Terbaik dikisahkan oleh Aminah yang berprofesi sebagai perawat, serta perjuangan Yeni Maryani melawan lupus hingga sukses menggapai cita-cita dilantik sebagai apoteker. Semua kisah disajikan di buku ini mengundang haru biru.
Buku ini merupakan buku kedua yang diluncurkan Syamsi Dhuha Foundation. Sebelumnya, yayasan yang didirikan oleh Dian Syarief yang juga odapus adalah Miracle of Love: Dengan Lupus Menuju Tuhan. Buku yang mengandung hikmah mendalam ini bisa menjadi penyemangat bahwa kehidupan di luar sana terus berputar. Dengan mengidap lupus, dunia tidak akan langsung kiamat.
Kendati semula merasa hancur, kini mereka memilih untuk dapat bersahabat dengan lupus. Ketimbang harus terus luluh, mereka memutuskan untuk bangkit berjuang melawan penyakit yang bercokol dalam tubuhnya. Semangat yang juga dikobarkan oleh komunitas Syamsi Dhuha Foundation, tempat berkumpul para odapus. Mereka saling berbagi pengalaman hingga hilang rasa pesimistis. Bertepatan dengan Hari Lupus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Mei ini, diharapkan buku ini bisa menjadi hadiah terindah.
14 tahun yang lalu